TTU, MITRANEWS.ID – Gempuran teknologi dan perkembangan sosial menjadi tantangan serius bagi lestarinya kebudayaan lokal. Untuk melawan arus ini, dua kecamatan di perbatasan Indonesia-Timor Leste, yaitu Kecamatan Musi dan Bikomi Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), memilih jalur unik, menggelar karnaval budaya besar-besaran.
Acara yang diikuti oleh 3.000 peserta ini tidak hanya menjadi perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-80, tetapi juga sebuah pernyataan tegas bahwa budaya lokal tetap hidup dan relevan.
Dari Pelajar hingga Aparat, Semua Merayakan Adat
Karnaval ini menjadi panggung bagi seluruh komponen masyarakat, mulai dari pelajar PAUD, siswa SMP dan SMK, hingga aparat pemerintah, TNI, dan Polri. Mereka dengan bangga mengenakan pakaian adat dari desa masing-masing, menampilkan tarian gong, dan menyuarakan yel-yel penuh semangat. Antusiasme yang terpancar dari ribuan peserta ini seakan menjawab kekhawatiran akan pudarnya nilai-nilai budaya.
Menurut Camat Musi, Jhon Olin, acara ini adalah sebuah momentum penting. “Ini momentum untuk memupuk kebudayaan di tengah masyarakat dan mempertahankan keasliannya karena akhirnya budaya mulai pudar,” kata Jhon. Ia menambahkan, pihaknya berkomitmen untuk mendorong semua generasi agar terus memelihara tradisi yang telah dijalankan secara turun-temurun.
Budaya Sebagai Benteng di Tengah Arus Modernisasi
Camat Bikomi Nilulat, Severianus Lake, menegaskan bahwa karnaval ini adalah upaya konkret untuk membangun kembali kecintaan terhadap budaya di wilayah perbatasan.
“Kami menyadari bahwa jika budaya tidak dilestarikan dari hari ke hari, suatu saat akibat perkembangan zaman, teknologi, dan perkembangan sosial, maka akan tergerus,” jelas Severianus.
Melalui karnaval ini, masyarakat di perbatasan tidak hanya merayakan kemerdekaan, tetapi juga menegaskan identitas mereka sebagai penjaga budaya.
Komentar